Selasa, 22 Oktober 2013

Geguritan

GEGURITAN

Esuk iki kabukak suarane garengpong kang mbengung
koyo tembang landung

Opo ini pratondo ganti mongso?
soko rendeng bakal ganti ketigo?
Opo iki pratondo manungso bakal tego
ora iso bedakno yen kabeh seng ono alam jalmo
ukir-ukirane kang moho kuoso

Duh..Guti paringono
pepadang jagad kang soyo tuwo
ekang mboten saget mbedakaken  pundi engkang sae nopo mbonten
eng sak meniko namun woten mengsah menopo rencang
kebah cubrio

gerngpong ancik-ancik ing pang mlinjo sajak nelongso
yen manungso soyo rekoso dudu mergo ora bebondho
ananinging wes ora duwi roso..
( pohruboh eng wayah esuk, 2013)

Sabtu, 17 November 2012

Bahasa Jiwa


Buatmu

Terpaku aku menatap langit
Mencari cerita cinta yang urung terwujud
Memang rasa tak harus terurai dan berterima
Tapi teryakini ketika awan mencatat setiap nafas yang tertiupkan
Meski ketika mendung menutup dan badai menghempas
Sepenggal cerita  seakan lenyap
Di mana kau
Temukan aku dalam dirimu
Karena aku tidak ada di ujung bumi mana pun
Apakah kau sadari
Bahawa sepenggal hatimu adalah hatiku

                                                                    Yogyakarta, dalam kemarau bulan Oktober 2012


Buat anak negeri

Sebentar, nampaknya musim yang meranggas akan usai
Daun-daun bambu yang mengering rontok akan bersemi
Celoteh bocah berseragam merah putih akan berganti
Dengan lari-lari kecil dalam gerimis
dan setumpuk buku tulis dalam dekap dadanya
kau tahu kenapa didekap dalam dadanya?
Bocah-bocah itu ingin melindungi dan meleburkan dalam dadanya
Hanya buku dan harapan yang bisa mengantarkan merubah dunianya
Dunia yang suram dalam sinar yang temaram
Untuk tertawa melukis hari esok
Tanpa mendengar keluh ayahnya tentang esok akan makan apa
Itu tidak b isa dilakukannya, esok memang harus makan apa?
Sedang hari ini saja harus berbagi dengan lima mulut yang menganga
Lapar
Lalu apa esok juga masih bisa memakai baju merah putih seperti sejuta anak Indonesia?
Tertunduk ranting bambu dalam hempasan angin akhir kemarau
Ya..ya..ya.. sebentar hujan akan turun, mungkin hanya gerimis, atau menjadi lebat dan badai?
Dan bocah-bocah itu makin mengigil dalam dingin
Dalam asa yang kian menjauh darinya..
Ah, kapan bangsaku dapat melukiskan ceria di mata sejuta anak bangsa
Yang kini tanpa sekolah dan rumah?

                                                                 Yogyakarta, Buat Anak Negeri 2012

Perempuan Biasa

Kang,
Aku memang tidak menangkupkan tangan atau menundukkan kepala ketika kau menatapku
seperti Sembrodo dalam tatapan Harjuno
tapi aku menatapmu dengan jiwaku
dan aku memandangmu seraya berkata, “aku cinta”
karena aku perempuan biasa

kang,
aku memang tidak seperti dewi shinta yang diperebutkan dengan Rahwana
namun aku bukan tanpa daya
aku akan di sisimu ketika kau letih
aku memeggang tanganmu erat ketika kakimu goyah
aku akan menyanggamu ketika kau terhuyung dan hampir jatuh
meski
aku hanya perempuan biasa

kang
Gusti menggariskan hidupku dalam hidupmu
nafasku dalam  nafasmu
dan aku mensyukuri garis hidupku
untuk lebur bersamamu
sampai aku tak mampu menghitung kerut wajamu
dan kau tak mampu menghitung putih rambutku
karena
aku perempuan biasa
yang menghayati hidupu dengan sederhana
namun mencintamu dengan seluruh raga

                                                                                  (Podok di bawah empring)



Kamis, 27 September 2012

samething day

saya unduh untuk anda dan anda bisa terinspirasi dari /Wanita.ppt.